Indonesia merupakan negara yang kaya, negara multikultural dengan pesona alam yang luarbiasa. Bagaimana tidak, di Indonesia sendiri terdapat 1.340 suku bangsa dengan 742 bahasa daerahnya, serta 7.241 karya budaya nusantara yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. Nusa Tenggara Barat salah satunya, provinsi dengan keberagaman suku, adat dan budaya yang masih terjaga. Tak hanya itu saja, keindahan alam dengan balutan kearifan lokalnya pun masih terjaga keasriannya.
Tepat di Jurang Sate Desa Sepakek Kecamatan Pringgarata Kabupaten Lombok Tengah menjadi salah satu saksi bisu akan keindahan alam yang bisa kita jamah. Tempat ini merupakan sisa peninggalan colonial belanda yang dimanfatkan masyarakat desa setempat sebagai destinasi wisata dan saluran irigasi kononnya. Tempat inilah yang menjadi lokasi pertunjukan budaya yakni permainan tradisional yang masyarakat Kecamatan Pringgarata menyebutnya permainan Kandik dan Bale Bonter.
Permainan Kandik. Permainan in bertujuan melatih keseimbangan dan kekuatan otot kaki. Permainan ini biasanya dimainkan oleh dua orang dengan cara mengangkat salah satu kaki dengan posisi kaki ditekuk, kemudian kedua pemain saling beradu kekuatan kaki. Pemain yang jatuh atau hilang keseimbangan akan dinyatakan kalah dalam permainan ini.
Permainan Bale Bonter. Permainan ini dimainkan dengan menggunakan media lingkaran yang dibuat atau digaris dengan menggunakan tepung atau bisa digaris manual diatas tanah. Lingkaran itulah yang berfungsi sebagai “Bale” (bahasa Sasak rumah) sedangkan Bonter maknanya adalah bulat/lingkaran. Permainan Bale Bontor biasanya dimainkan oleh lima sampai sepuluh orang dengan cara melakukan hompimpang terlebih dahulu.
Kemudian pemain yang kalah akan berdiri diluar Bale sedangkan pemain yang lain berada didalam Bale. Pemain yang berada diluar Bale akan berusaha menyentuh pemain yang ada didalam Bale. Pemain yang berhasil disentuh akan menggantikan posisi pemain yang kalah untuk berdiri diluar Bale.
Untuk itu kami mengajak kepada seluruh generasi bangsa ini untuk tetap mencintai dan mempertahankan kearifan lokal ditengah pengaruh arus globalisasi.
Mahatma Gandi pernah berkata “Sebuah budaya bangsa tinggal dihati dan didalam jiwa rakyatnya”.